Article Detail
Memperdalam Kemampuan Public Relation melalui Workshop Pemasaran Sekolah
Kamis (22/11) Yayasan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah mengadakan Lokakarya Strategi Pemasaran (Market Share) bertempat di SMA Tarakanita Magelang. Lokakarya diikuti oleh 26 peserta yang terdiri dari karyawan yang menempati fungsi humas di setiap unit dengan narasumber Ambrosius Sigit Kristiantoro, Kepala Biro Kehumasan Yayasan Tarakanita Pusat. Kegiatan ini berakhir pada Sabtu (24/11).
Lokakarya ini bertujuan agar peserta memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai desain strategi pemasaran sekolah dengan analisis Positioning-Differensiation-Branding (PDB), memiliki kesamaan persepsi dan komitmen mengenai pentingnya upaya pemasaran demi keberlangsungan Tarakanita, serta memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mendesain strategi pemasaran sesuai dengan konteks dan kebutuhan, berbobot, berkualitas, serta efektif dan efisien. Hal tersebut memiliki latar belakang untuk menyeimbangkan Tarakanita dengan para kompetitor.
Hari pertama Lokakarya, Sigit memberikan tiga materi, yaitu Bussines Model Canvas (BMC), Analisis Kepuasan Pelanggan, dan Forum Group Disscusion (FGD). Materi Bussines Model Canvas (BMC) meliputi landasan teori BMC, kerangka aplikasi, BMC fungsi humas, dan implementasi BMC humas. Analisis Survei Kepuasan Pelanggan terdiri dari kondisi pelayanan prima, implementasi pelayanan prima, profil kepuasan pelanggan, analisis dan gerakan perbaikan. Focus Group Discussion (FGD) yang disampaikan berkaitan dengan pengertian FGD, alasan FGD, tujuan FGD, desain rancangan FGD, pelaksanaan, dan evaluasi FGD. Dalam pelaksanaan FGD, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mempraktikkan FGD dengan materi bahasan pemahaman efektifitas visi misi dan layanan internalisasi nilai visi-misi, hubungan sekolah dengan orang tua (komunikasi dan komplain), serta pengelolaan akses dan adminitrasi; teknologi informasi, laboratorium, perpustakaan, dan sumber belajar lain.
Hasil dari FGD mengenai hal efektifitas visi misi adalah karyawan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah sudah mengintegrasikan visi dan misi Tarakanita dengan baik, tetapi masih membutuhkan pendalaman dalam hal GBCB. Dalam hal mekanisme komplain, Yayasan Tarakanita Jawa Tengah belum memiliki mekanisme komplain, “Sebaiknya dibuat alur secara terstruktur kepada kurikulum atau kesiswaan. Layanan dapat dibuat dalam sebuah chart atau bagan dan diberi tempat khusus agar dapat terlihat oleh banyak konsumen, serta dapat disampaikan pada .waktu pertemuan orang tua.†tutur Sigit dalam tanggapannya. Dari sisi pengelolaan akses dan administrasi Tarakanita Wilayah Jawa Tengah sudah menggunakan sarana dan parasarana dengan baik.
Objek observasi peserta adalah SMA Tarakanita Magelang. Peserta menilik SMA Tarakanita dari sisi positioning, differentiation, dan branding (PDB) pada hari kedua. Positioning berkaitan dengan†persepsi†customer yang melekat bila mendengar sebuah subjek, dalam hal ini adalah SMA Tarakanita. Diferentiation mengulas kekhasan atau keunikan, dan kekuatan atau keunggulan SMA Tarakanita. Branding berkaitan dengan identitas khusus, yaitu nama, istilah, tanda, simbol, desain, dan budaya yang terbentuk sepanjang waktu sehingga mencerminan value yang telah diberikan SMA Tarakanita kepada pelanggan. Observasi tersebut kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok. Ketiga kelompok menemukan kesamaan PDB SMA Tarakanita, yaitu ramah, dekat, akrab, dan memiliki rasa kekeluargaan.
Hari ketiga lokakarya, para peserta diajak untuk mengetahui pengembangan sarana informasi dan publikasi Yayasan Tarakanita serta pelatihan jurnalistik. Sigit memberikan penjelasan detil mengenai tujuan pengelolaan website dan webmail, data evaluasi web Tarakanita, serta program pengembangan website dan webmail Tarakanita. Selanjutnya, pelatihan jurnalistik yang dipandu Atmoko, wartawan Kantor Berita Antara menggugah antusiasme dan kepercayaan diri peserta untuk mempraktikkan penulisan berita website Tarakanita.
Lokakarya ini bertujuan agar peserta memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai desain strategi pemasaran sekolah dengan analisis Positioning-Differensiation-Branding (PDB), memiliki kesamaan persepsi dan komitmen mengenai pentingnya upaya pemasaran demi keberlangsungan Tarakanita, serta memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mendesain strategi pemasaran sesuai dengan konteks dan kebutuhan, berbobot, berkualitas, serta efektif dan efisien. Hal tersebut memiliki latar belakang untuk menyeimbangkan Tarakanita dengan para kompetitor.
Hari pertama Lokakarya, Sigit memberikan tiga materi, yaitu Bussines Model Canvas (BMC), Analisis Kepuasan Pelanggan, dan Forum Group Disscusion (FGD). Materi Bussines Model Canvas (BMC) meliputi landasan teori BMC, kerangka aplikasi, BMC fungsi humas, dan implementasi BMC humas. Analisis Survei Kepuasan Pelanggan terdiri dari kondisi pelayanan prima, implementasi pelayanan prima, profil kepuasan pelanggan, analisis dan gerakan perbaikan. Focus Group Discussion (FGD) yang disampaikan berkaitan dengan pengertian FGD, alasan FGD, tujuan FGD, desain rancangan FGD, pelaksanaan, dan evaluasi FGD. Dalam pelaksanaan FGD, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mempraktikkan FGD dengan materi bahasan pemahaman efektifitas visi misi dan layanan internalisasi nilai visi-misi, hubungan sekolah dengan orang tua (komunikasi dan komplain), serta pengelolaan akses dan adminitrasi; teknologi informasi, laboratorium, perpustakaan, dan sumber belajar lain.
Hasil dari FGD mengenai hal efektifitas visi misi adalah karyawan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah sudah mengintegrasikan visi dan misi Tarakanita dengan baik, tetapi masih membutuhkan pendalaman dalam hal GBCB. Dalam hal mekanisme komplain, Yayasan Tarakanita Jawa Tengah belum memiliki mekanisme komplain, “Sebaiknya dibuat alur secara terstruktur kepada kurikulum atau kesiswaan. Layanan dapat dibuat dalam sebuah chart atau bagan dan diberi tempat khusus agar dapat terlihat oleh banyak konsumen, serta dapat disampaikan pada .waktu pertemuan orang tua.†tutur Sigit dalam tanggapannya. Dari sisi pengelolaan akses dan administrasi Tarakanita Wilayah Jawa Tengah sudah menggunakan sarana dan parasarana dengan baik.
Objek observasi peserta adalah SMA Tarakanita Magelang. Peserta menilik SMA Tarakanita dari sisi positioning, differentiation, dan branding (PDB) pada hari kedua. Positioning berkaitan dengan†persepsi†customer yang melekat bila mendengar sebuah subjek, dalam hal ini adalah SMA Tarakanita. Diferentiation mengulas kekhasan atau keunikan, dan kekuatan atau keunggulan SMA Tarakanita. Branding berkaitan dengan identitas khusus, yaitu nama, istilah, tanda, simbol, desain, dan budaya yang terbentuk sepanjang waktu sehingga mencerminan value yang telah diberikan SMA Tarakanita kepada pelanggan. Observasi tersebut kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok. Ketiga kelompok menemukan kesamaan PDB SMA Tarakanita, yaitu ramah, dekat, akrab, dan memiliki rasa kekeluargaan.
Hari ketiga lokakarya, para peserta diajak untuk mengetahui pengembangan sarana informasi dan publikasi Yayasan Tarakanita serta pelatihan jurnalistik. Sigit memberikan penjelasan detil mengenai tujuan pengelolaan website dan webmail, data evaluasi web Tarakanita, serta program pengembangan website dan webmail Tarakanita. Selanjutnya, pelatihan jurnalistik yang dipandu Atmoko, wartawan Kantor Berita Antara menggugah antusiasme dan kepercayaan diri peserta untuk mempraktikkan penulisan berita website Tarakanita.
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment