Article Detail

RETRET KARYAWAN TARAKANITA WILAYAH JAWA TENGAH

Senin, 29 Januari 2018 bertempat di Rumah Retret Syantikara Yogyakarta dimulainya Retret bagi Karyawan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah yang terbagi menjadi 3 (tiga) gelombang masing-masing berlangsung selama 3 (tiga) hari. Gelombang pertama yaitu karyawan unit Tarakanita Solo Baru (KB/TK, SD, SMP) dan Kantor Wilayah dimulai 29 Januari 2019 Pk. 16.00 dan berakhir 31 Januari 2018 Pk. 12.00. Disusul gelombang ke dua mulai 31 Januari 2018 Pk. 16.00 sampai dengan 2 Februari 2018 Pk. 12.00 yang diikuti karyawan KB/TK Pius X Magelang, SD Tarakanita Magelang, dan SMK Pius X Magelang. Sedangkan karyawan dari unit SMP Tarakanita, Magelang, SMP Pendowo Ngablak, dan SMA Tarakanita Magelang direncanakan dilaksanakan mulai 5 Februari 2018 Pk. 16.00 sampai dengan 7 Februari 2018 Pk. 12.00. Jumlah peserta retret setiap gelombang rata-rata 70 karyawan yang seluruhnya dibimbing oleh Sr. Theresia, CB. Beliau saat ini berkarya di Bina Spiritualitas Novisiat Kongregasi suster-suster cinta kasih St. Carolus Borromeus Jalan Gejayan-Mrican Yogyakarta.

Sr. Rosiana Susilo Astuti, CB (Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah) membuka kegiatan retret tersebut dengan menegaskan bahwa dalam retret kita diajak untuk membuka diri dicintai Tuhan, dengan menimba kekuatan untuk karya selanjutnya. Bertepatan dangan suasana dan rangkaian Jubellium 100 tahun Kongregasi CB di Indonesia, maka retret bagi karyawan Tarakanita mengambil tema “Setia Misi Membangun Negeri” sesuai dengan tema Jubille.

Tema tersebut dikemas melalui proses penyadaran diri setiap peserta terhadap tugas dan karyanya terlibat dalam salah satu karya Kongregasi CB yaitu dalam karya Pendidikan. Oleh pembimbing retret, peserta diajak untuk mengingat kembali sejarah Kongregasi CB termasuk karya-karyanya, khusunya karyanya di Indonesia. Kesadaran tersebut diharapkan mampu membawa perubahan/pertobatan demi kelangsungan karya yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Kesadaran peserta retret terhadap karya Tuhan yang begitu besar melalui perjuangan Bunda Elisabeth Gruijters (Pendiri Kongregasi suster-suster cinta kasih St. Carolus Borromeus) dalam “kedukaan” menjawab panggilan untuk hidup membiara dan perlu dilanjutkan oleh semua orang yang terlibat di dalamnya sebagai “mitra spiritualitas”. Mulai dari perasaan yang muncul dalam diri peserta yang kemudian dilukiskan dalam bentuk simbol diri dan dikonfrontasikan dengan keprihatinan yang terjadi di lingkup unit karya masing-masing. Mampukah simbol diri tersebut mengatasi keprihatinan yang dihadapi di unit karyanya? “Sak iyeg” (dalam istilah jawa) atau bersama-sama dalam kerukunan dan persaudaraan melakukan perubahan sebagai wujud syukur untuk mengatasi segala keprihatinan yang ada. Itulah ungkapan yang menjadi benang merah dari macam-macam perasaan setiap peserta retret yang sinergi dengan inti perayaan Jubellium 100 th Kongregasi CB di Indonesia.
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment